Nesabamedia—Kabar mengejutkan datang dari markas Apple. Perusahaan teknologi raksasa asal Cupertino tersebut dikabarkan telah memangkas target produksi untuk salah satu model terbarunya, iPhone Air, hingga mencapai satu juta unit pada tahun ini (21/10).
Keputusan ini diambil lantaran permintaan pasar terhadap model yang dikenal super ramping dan ultra tipis ini ternyata lebih rendah dari proyeksi awal perusahaan.
Laporan yang pertama kali diungkap oleh The Elec, mengutip analisis dari Mizuho Securities di Jepang, menyebutkan bahwa pengurangan produksi iPhone Air merupakan respons strategis Apple terhadap ekspektasi pasar yang meleset.
Padahal, sebelum diluncurkan, model ini digadang-gadang menjadi gebrakan baru di lini iPhone. Lantas, apa yang membuat sang “iPhone Paling Tipis” ini gagal memikat hati konsumen global?
1 Juta Unit Dipangkas: Kalah Saing di Tengah Peluncuran iPhone 17
Pemangkasan produksi hingga satu juta unit untuk iPhone Air menjadi indikasi jelas bahwa model ini kesulitan bersaing, bukan hanya dengan kompetitor, tetapi juga dengan saudaranya sendiri, yaitu seri iPhone 17.

Analisis pasar menunjukkan bahwa para konsumen di pasar Barat tampaknya kurang antusias menyambut kehadiran iPhone Air. Konsumen kini cenderung terbelah menjadi dua kutub:
- Pencari Nilai (Value Seekers): Mereka memilih iPhone 17 karena menawarkan spesifikasi yang memadai dengan harga yang relatif lebih terjangkau.
- Pencari Premium (Premium Seekers): Mereka beralih ke model kelas atas seperti iPhone 17 Pro dan iPhone 17 Pro Max yang menawarkan fitur-fitur premium, terutama sistem kamera yang ditingkatkan dan teknologi canggih lainnya.
Di sinilah letak dilema iPhone Air. Dengan desain yang ramping, harga dan spesifikasinya diperkirakan berada di tengah-tengah. Sayangnya, kombinasi harga dan fitur yang ditawarkan dianggap kurang menarik, menjebaknya di “zona abu-abu” yang gagal menarik minat audiens yang signifikan di luar pasar tertentu.
Kontras dengan Kinerja iPhone 17 Series Lain
Menariknya, kondisi suram yang dialami iPhone Air justru berbanding terbalik dengan keseluruhan jajaran iPhone 17 Series.
Menurut laporan yang sama, Apple justru meningkatkan total produksi untuk model iPhone 17, iPhone 17 Pro, dan iPhone 17 Pro Max secara gabungan hingga dua juta unit. Proyeksi produksi keseluruhan untuk jajaran iPhone 17 bahkan direvisi naik, dari 88 juta menjadi 94 juta unit untuk awal tahun 2026.
Peningkatan proyeksi ini mencerminkan keyakinan kuat Apple terhadap kinerja penjualan flagship secara keseluruhan. Dengan kata lain, Apple tidak sedang mengalami kemunduran, melainkan hanya melakukan penyesuaian fokus ke model yang terbukti lebih diminati pasar. Strategi ini menunjukkan sebuah respons adaptif, di mana perusahaan dengan cepat mengalihkan sumber daya ke produk yang menjanjikan keuntungan lebih besar.
Tren Ultra-Tipis yang Mulai Meredup?
Kegagalan iPhone Air untuk mencapai target permintaan global juga sejalan dengan tren industri yang lebih luas: tren ponsel flagship yang super ramping dan ultra tipis tampaknya tidak akan bertahan lama.
Fakta ini diperkuat dengan nasib yang menimpa kompetitor Apple, Samsung. Raksasa teknologi Korea Selatan itu dikabarkan telah membatalkan model Galaxy S26 Edge sebagai opsi model di seri Galaxy S26 mendatang. Pembatalan ini dilakukan setelah pendahulunya, Galaxy S25 Edge, tidak memberikan hasil penjualan yang memuaskan.
Fenomena ini mengindikasikan bahwa konsumen modern mungkin sudah tidak lagi memprioritaskan faktor ketipisan di atas segalanya. Mereka tampaknya lebih menghargai aspek lain yang menunjang pengalaman penggunaan sehari-hari, seperti kapasitas baterai besar, sistem kamera yang superior, atau keseimbangan antara fitur dan harga.
Download berbagai jenis aplikasi terbaru, mulai dari aplikasi windows, android, driver dan sistem operasi secara gratis hanya di Nesabamedia.com:











