Jeritan Senyap di Balik Rekening: Menguak Perempuan Sebagai Korban Terselubung Judi Online dan Upaya Kemkomdigi Membasmi 3 Juta Konten Negatif

Nesabamedia—Fenomena judi online (judol) telah menjadi momok yang mengancam stabilitas sosial dan ekonomi Indonesia (22/10).

Di balik cerita kerugian miliaran dan penangkapan pelaku, ada satu kelompok yang diam-diam menanggung beban terberat: kaum perempuan, terutama para istri dan ibu. Mereka bukan pemain, tapi seringkali menjadi korban utama dari praktik haram yang merajalela di dunia maya ini.

Pukulan telak terhadap isu ini datang langsung dari pemerintah. Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, baru-baru ini menyoroti dampak mengerikan judi online yang kian menjadikan perempuan sebagai sasaran.

“Ketika kami kunjungan… kami mendengar suara dari ibu-ibu. Perempuan yang terpantau menggunakan [judi online] pun itu sebetulnya nomor rekening banknya saja yang digunakan, yang pakai suaminya. Jadi lagi-lagi perempuan jadi korban,” ungkap Meutya, seperti dikutip dari Antara.

Pernyataan ini membuka mata publik bahwa judol tidak hanya merusak individu pecandu, tetapi juga menciptakan lingkaran penderitaan baru yang terselubung dalam ranah domestik.

Dampak Berantai: Dari Krisis Finansial hingga Jerat Hukum

Analisis mendalam menunjukkan bahwa peran perempuan sebagai “korban terselubung” ini terbagi dalam dua dimensi utama:

Beban Finansial dan Kekerasan Domestik

Ketika seorang suami atau anggota keluarga laki-laki kecanduan judi online, perempuan lah yang menjadi pihak pertama yang merasakan kehancuran finansial. Uang tabungan, dana pendidikan anak, bahkan pinjaman online ilegal, kerap diambil secara diam-diam.

Lebih buruk lagi, utang yang menumpuk seringkali memicu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tekanan ekonomi dan frustrasi karena kalah judi membuat pelaku rentan melampiaskan amarahnya kepada istri atau anak. Perempuan terpaksa menanggung krisis ekonomi ekstrem, tekanan psikologis, hingga ancaman perceraian.

Terjerat Masalah Hukum Tanpa Sadar

Inilah dimensi korban yang paling ironis dan berbahaya, sesuai yang disoroti Menkomdigi. Untuk menyembunyikan aktivitas ilegal, para pecandu kerap menggunakan rekening bank milik istri atau ibu mereka untuk bertransaksi judi.

Akibatnya, ketika pihak berwajib melakukan pelacakan dan pemblokiran, nama perempuan yang tercantum pada rekening bank lah yang ikut terseret dalam masalah. Meskipun tidak terlibat dalam perjudian, mereka harus menghadapi kerumitan pemulihan rekening hingga potensi pemeriksaan hukum karena dianggap menjadi fasilitator transaksi ilegal.

Perang Tanpa Henti Melawan Konten “Siluman” Judi Online

Menkomdigi mengakui bahwa upaya penindakan terhadap judi online adalah tantangan yang semakin kompleks. Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), telah berupaya keras memutus rantai penyebaran.

Dalam kurun waktu setahun terakhir, Kemkomdigi tercatat telah melakukan penurunan (take down) terhadap tiga juta konten negatif di ruang digital yang mayoritas berkaitan erat dengan judi daring. Jumlah yang fantastis ini menggambarkan seberapa masifnya operasi promosi judol di Indonesia.

Namun, Meutya juga menyinggung tentang tantangan teknologi yang dihadapi. Konten judi kini tidak lagi hanya muncul di situs web, tetapi juga menyusup secara “halus” ke berbagai platform, termasuk media sosial.

“Ada yang di konten tiba-tiba muncul, ada yang di komentar. Jadi tidak hanya di unggahan, tapi juga ada di komentar dan sebagainya,” tutur Meutya.

Modus konten siluman ini mempersulit pemblokiran otomatis dan menuntut platform digital untuk bekerja lebih ekstra. Oleh karena itu, edukasi masyarakat menjadi garis pertahanan kedua yang sangat penting.

Pada akhirnya, perang melawan judi online adalah tanggung jawab bersama. Diperlukan sinergi antara ketegasan pemerintah dalam membasmi konten, kerja sama platform digital dalam membersihkan ruang maya, dan kesadaran keluarga, dimana perempuan memegang peran kunci untuk menjadi benteng pertahanan terakhir.