Nesabamedia – Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) secara proaktif meningkatkan kewaspadaan terkait penggunaan ruang digital oleh anak-anak (29/10).
Kemkomdigi menekankan bahwa generasi muda harus melek digital, namun hal itu harus diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran untuk menjaga aspek keamanan dan kesehatan saat berinteraksi di dunia maya.
Pesan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Komunikasi Publik dan Media Kemkomdigi, Fifi Aleyda Yahya, dalam Forum Sosialisasi Sahabat Tunas di Sukabumi, Jawa Barat.
Fifi Aleyda Yahya menegaskan bahwa makna literasi digital bagi anak telah berkembang jauh. Literasi digital bukan hanya kemampuan teknis mengoperasikan gadget, tetapi mencakup kesadaran yang lebih mendalam:
“Kami mengajak anak-anak belajar tentang hak dan kewajiban sebagai anak digital yang cerdas dan bertanggung jawab, yang namanya hebat bukan hanya berarti pintar bermain gawai, tapi tahu cara menjaga diri dan menghormati orang lain, baik di dunia nyata maupun maya,” ujar Fifi.
Kemkomdigi menyoroti perlunya pendampingan yang seimbang bagi anak-anak di dunia digital. Mengingat fenomena saat ini menunjukkan banyak anak menghabiskan waktu lebih dari tiga jam sehari di dunia digital, batas yang jelas antara dunia maya dan dunia nyata menjadi sangat mendesak.
Pendampingan adaptif dari keluarga dan sekolah menjadi kebutuhan vital agar anak tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga memahami kapan waktu yang tepat untuk memanfaatkan waktu di luar gawai.
Pemerintah juga hadir dalam upaya perlindungan ini melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP Tunas).
Peneliti dari Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan, Annisa Pratiwi Iskandar, menjelaskan bahwa PP Tunas memberikan kepastian bagi orang tua karena pemerintah ikut serta mengatur platform digital untuk:
- Mengidentifikasi risiko bagi anak.
- Melindungi dari konten negatif.
- Mencegah eksploitasi anak sebagai konsumen konten digital.
- Menangani gangguan kesehatan psikologis dan fisiologis akibat paparan digital berlebihan.
Dalam diskusi tersebut, kreator konten Vendryana Ayu Larasati menekankan bahwa keluarga adalah penyaring pertama yang paling penting, bahkan sebelum peran algoritma platform digital.
- Ruang Belajar Utama: Keluarga adalah tempat anak belajar tentang nilai, sikap, dan tanggung jawab sebelum bersentuhan dengan dunia digital.
- Komunikasi Terbuka: Kunci untuk memastikan penggunaan ruang digital yang aman adalah komunikasi terbuka antara orang tua dan anak. Dengan demikian, dunia digital tidak akan dianggap sebagai hal tabu yang harus disembunyikan.
Melalui sosialisasi ini, Kemkomdigi dan para ahli mengingatkan bahwa menciptakan anak yang melek digital harus selalu diiringi dengan fondasi etika, keamanan, dan kesehatan mental yang kuat, dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.
Editor: Hudalil Mustakim
Download berbagai jenis aplikasi terbaru, mulai dari aplikasi windows, android, driver dan sistem operasi secara gratis hanya di Nesabamedia.com:











