Meledaknya adopsi perangkat smartphone dalam kehidupan sehari-hari, berujung pada penerapan teknologi pengenalan wajah yang juga semakin berkembang pesat. Teknologi ini menambahkan lapisan sangat kuat dalam masalah keamanan perangkat. Menggunakan analisa biometrik, teknologi ini memanfaatkan pemetaan wajah untuk membuka kunci perangkat, membandingkannya dengan wajah yang dipindai dengan yang ada di database.
Pasar teknologi pengenalan wajah diprediksi akan melebihi angka $8.5 miliar pada tahun 2025, yang meningkat sebanyak 17,2% sejak tahun 2020. Faktor pendorongnya berasal dari penggunaan teknologi pengenalan wajah di berbagai aplikasi personal maupun komersial.
Meski teknologi pengenalan wajah bisa sangat membantu dalam mengkonfirmasi identitas seseorang, namun ini juga memiliki masalah tersendiri, khususnya dalam hal privasi.
Meskipun teknologi pengenalan wajah beragam jenisnya, konsep dasarnya tetaplah sama. Pada dasarnya teknologi ini mengambil gambar wajah dari pengguna. Perangkat lunak yang ada kemudian mengidentifikasi geometri dasar dari wajah, termasuk jarak antar mata, ruang antara kening dengan dagu, dan tanda lainnya yang ada di wajah.
Wajah pengguna nantinya akan disimpan di dalam sistem sebagai rumus matematika. Ketika pengguna mengaktifkan pengenalan wajah, smartphone akan menganalisa wajah yang dipindai dengan rumus yang telah tersimpan. Jika cocok, maka kunci smartphone akan terbuka. Beberapa perangkat akan merekam siapapun yang mencoba untuk membuka smartphone yang terkunci, menyimpannya dalam database atau di layanan cloud.
Kelebihan dan Kekurangan
Tak terbantahkan lagi, keuntungan utama dari penggunaan pengenalan wajah adalah kemudahannya. Pengguna tidak harus mengingat PIN atau kata sandi, dan tinggal memindai wajah mereka untuk mengakses perangkat. Bagi pengguna yang ingin menambahkan lapisan keamanan yang sederhana, teknologi pengenalan wajah menawarkan perlindungan yang kompleks terhadap akses yang tidak diizinkan.
Sayangnya, teknologi ini juga membawa sejumlah celah kerentanan tersendiri. Penelitian sebelumnya menyoroti kekurangan yang ada di teknologi ini. Salah satunya adalah celah yang bisa dimanfaatkan hanya dengan sedikit melakukan modifikasi pada ujung mata. Juga ditemukan bahwa 42 dari 110 perangkat yang diuji coba, bisa bobol hanya dengan menggunakan foto si pemilik. Temuan ini menunjukkan bahwa keamanan smartphone bisa ditembus, bahkan ketika pengguna sedang tidak sadar.
Apakah Teknologi Pengenalan Wajah Layak Digunakan?
Pengguna setidaknya memiliki lima pilihan untuk mengamankan perangkat smartphone mereka. Membiarkan perangkat tanpa terkunci memang akan memudahkan akses, tapi tidak akan melindungi dari ancaman pihak ketiga.
Kunci dengan pola menawarkan penguncian sederhana, biasanya menggunakan 9 atau 12 tombol. Perangkat akan terkunci kecuali pola yang dimasukkan sesuai. Ini adalah lapisan keamanan paling lemah yang ditawarkan, namun lebih aman daripada tidak menerapkan penguncian sama sekali.
Lalu ada penggunaan PIN, yang mengharuskan pengguna memasukkan 4 atau lebih digit angka untuk membuka kunci. Meski ini memberikan perlindungan tingkat menengah, namun tetap memiliki kerentanan untuk ditembus. Kemudian ada yang lebih aman dari PIN, yakni pengenalan wajah. Dengan penandaan biometrik yang unik, keamanan perangkat menjadi lebih tinggi dibandingkan PIN tradisional. Namun, ini juga memiliki kerentanan seperti yang telah dibahas di atas.
Kata sandi memberikan fungsi keamanan paling aman di smartphone. Ini bisa menggunakan kode huruf atau angka yang dikombinasikan, dengan minimal empat digit karakter. Kata sandi mungkin akan susah diingat, yang memberikan masalah tersendiri bagi perangkat yang jarang digunakan.
Dari beberapa jenis metode keamanan di atas, tentu anda sendiri bisa menyimpulkan, metode mana yang paling aman dan sesuai dengan kebutuhan anda. Yang terpenting adalah, selalu kunci perangkat smartphone anda.
Download berbagai jenis aplikasi terbaru, mulai dari aplikasi windows, android, driver dan sistem operasi secara gratis hanya di Nesabamedia.com: